
Pemulihan Perekonomian di Masa Pandemi
Sudah lebih dari 1,5 tahun pandemi melanda Indonesia. Bersamaan dengan itu pula, telah timbul beberapa kebijakan yang keluar dari pemerintah pusat maupun daerah agar senantiasa melindungi para warganya untuk tetap sehat dan tidak terpapar Virus Covid-19.
Akan tetapi, setelah dirilisnya beberapa kebijakan tersebut, tidak serta merta secara langsung berdampak baik bagi kehidupan masyarakat. Salah satu yang paling terlihat secara kasat mata adalah soal melemahnya ekonomi atau lebih rinci menjurus kepada melemahnya daya beli sejumlah masyarakat.
Seperti yang kita tahu, bahwa akhir-akhir ini masyarakat semakin diresahkan karena kembali diberlakukannya penyekatan secara nasional yang biasa disebut sebagai PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Hal tersebut membuat banyak masyarakat kian resah, dan juga bertanya-tanya, bagaimana sebetulnya cara yang paling efektif untuk tetap menjaga keberlangsungan ekonomi pribadi sebelum akhirnya memikirkan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Melalui sebuah kegiatan berjudulkan Kajian Perekonomian 2021 dengan tema “Pemulihan Perekonomian di Masa Pandemi”, kami (BEM STIE EKUITAS) mencoba untuk memberikan informasi-informasi yang relevan dan pastinya bersumber dari pemateri yang kredibel terhadap tema tersebut. Beberapa pemateri yang dimaksud adalah Anthon Budayana selaku Digital Business Specialist dan juga Bahtiar Sebayang selaku Wakil Sekretaris Jendral BPP HIPMI.
Dalam pembukaannya Anthon Budayana mengatakan, saat ini terdapat kurang lebih 261 juta penduduk indonesia yang terdata oleh Badan Pusat Statistik Indonesia. Hal tersebut memperlihatkan bahwasannya Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang lebih tinggi diantara sejumlah negara.
Diperlukan sebuah sistem yang dapat membuat 2 pihak, khususnya pemerintah dan juga 261 juta warganya untuk dapat saling bersinergi guna memberikan dampak yang baik bagi perekonomian Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan meninggalkan cara-cara yang bersifat konvensional kemudian beralih kapada sejumlah hal yang bersifat digital.
“Hal tersebut harus segera direalisasikan oleh teman-teman selaku mahasiswa/i yang dimasa depan akan menjadi penerus bagi generasi sebelumnya untuk terus meningkatkan stabilitas ekonomi nasional. Terlebih, kami mempercayai bahwa pendekatan digital melalui pemanfaatan teknologi setidaknya dapat merubah cara berfikir masyarakat secara tidak langsung” ujar Anthon Budayana saat tengah mengisi materi.
Tidak hanya sampai pada sebuah ajakan untuk segera menjalankan transformasi digital, tapi juga dalam kegiatan tersebut, menjelaskan mengenai beberapa variabel penting yang berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia yang disampaikan oleh Bahtiar Sebayang selaku pemateri kedua dalam kegiatan tersebut.
Menurut sebuah penjelasan informasi yang dimiliki oleh cerdasco.com ,
“Gross domestic product atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian domestik selama periode tertentu”. Dengan kata lain PDB merupakan total dari pengeluaran dan penerimaan dalam kegiatan ekonomi suatu negara.
Secara umum PDB Indonesia merupakan total penjumlahan dari beberapa variabel, diantaranya Konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, inventori, dan ekspor – impor.
Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, menurut paparan dari Bahtiar Sebayang, salah satu yang terdampak dalam proses meningkatkan PDB indonesia adalah konsumsi rumah tangga. Hal tersebut terjadi dikarekan beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat yang secara langsung dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam mendapatkan penghasilan.
Untuk itu diperlukan efisiensi anggran dan juga dorongan dari investasi yang dapat dimanfaatkan sebagai penetrasi oleh Pemerintah Indonesia guna dapat setidaknya menahan laju defisit dan mengusahakan terciptanya surplus dimasa mendatang.
Penulis Artikel : Eri Budiman
Redaktur : HUMAS STIE EKUITAS